by anisa putri utami
Nama : Anisa putri utami
Kelas : 1DDO1
NPM : 31214292
1. PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang
atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang
dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang
sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin
melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
2. Pengertian Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Daring, pengetahuan berarti segala sesuatu yg diketahui, kepandaian, atau
segala sesuatu yg diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Adapun
pengetahuan menurut beberapa ahli adalah:
1. Menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan
adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui
persentuhan melalui objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang
terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek tertentu.
2. Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan
adalah sebagai ingatan atas bahan-bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini
menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal
yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan
keterangan yang sesuai.
3. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan
adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan
terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan.
3.Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar
untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai
segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
PERSAMAAN KETIGANYA
Ketiganya mencari rumusan yang
sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai keakar-akarnya.
Ketiganya memberikan pengertian mengenai
hubungan yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba
menunjukan sebab-sebabnya.
Ketiganya hendak memberikan sintesis,
yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
Ketiganya mempunyai metode dan sistem.
Ketiganya hendak memberikan penjelasan
tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (objektivitas), akan
pengetahuan yang lebih mendasar.
PERBEDAAN KETIGANYA
Pengetahuan
– Yang dipelajari terbatas,karena hanya
sekedar kemampuan yang ada dalam diri kita untuk mengetahui sesuatu hal
– Obyek penelitian yang terbatas
– Tidak menilai obyek dari suatu sistem
nilai tertentu.
– Bertugas memberikan jawaban
Filsafat
– Mencoba merumuskan pertanyaan atas
jawaban.
– Mencari prinsip-prinsip umum, tidak
membatasi segi pandangannya bahkan cenderung memandang segala sesuatu secara
umum dan keseluruhan
– Keseluruhan yang ada
– Menilai obyek renungan dengan suatu
makna, misalkan , religi, kesusilaan, keadilan dsb.
– Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu
Ilmu Pengetahuan
– cenderung kepada hal yang di pelajari
dari sebuah buku panduan
– Ilmu pengetahuan adalah kajian tentang
dunia material.
– Ilmu pengetahuan adalah definisi
eksperimental
– Ilmu pengetahuan dapat sampai pada
kebenaran melalui kesimpulan logis dari pengamatan empiris
Contoh Mitos
Kalau nyapu harus sampai tuntas jangan
dikumpulin dipojokan, nanti biar rejekinya tidak mampet (ini mitosnya). Kalau
dimarahin sama Ibu, Nenek, atau buyut kamu soal ini jangan marah dulu, pikirin
aja yang masuk akal, yang disapu pasti kotoran dan debu kan ? kalau terlalu
lama dikumpulin di pojokan setiap kamu nyapu jadinya rumah atau kamar kamu
bakal kotor, kalau keadaan kotor pasti bikin malas. Jadinya tidak bisa
melakukan sesuatu hal yang bisa menguntungkan, misalnya gara-gara kamar kotor
malas belajar bisa jadi kan, akhirnya rejeki baik untuk dapat nilai bagus
terhambat kan ? anggap saja begitu.
Contoh Cerita Rakyat
Bawang Putih dan Bawang Merah
Alkisah di sebuah kampung, hiduplah seorang
janda yang memiliki dua orang anak gadis yang cantik, Bawang Merah dan Bawang
Putih. Ayah kandung Bawang Putih telah lama meninggal dunia. Bawang Merah dan
Bawang Putih memiliki sifat dan perangai yang sangat berbeda dan bertolak
belakang. Bawang Putih adalah gadis sederhana yang rendah hati, tekun, rajin,
jujur dan baik hati. Sementara Bawang Merah adalah seorang gadis yang malas,
sombong, suka bermewah-mewah, tamak dan pendengki. Sifat buruk Bawang Merah
kian menjadi-jadi akibat ibunya selalu memanjakannya. Sang janda selalu
memenuhi semua permintaan dan tuntutan Bawang Merah. Selain itu semua pekerjaan
di rumah selalu dilimpahkan kepada Bawang Putih. Mulai dari mencuci pakaian,
memasak, membersihkan rumah, hampir semua pekerjaan rumah selalu dikerjakan
oleh Bawang Putih seorang diri, sementara Bawang Merah dan Ibu Tiri selalu
berdandan dan bermalas-malasan. Jika mereka memerlukan sesuatu, tinggal
menyuruh-nyuruh Bawang Putih.
Bawang Putih tak pernah sekalipun
mengeluhkan nasib buruknya. Ia selalu siap sedia melayani sang Ibu Tiri dan
Saudari Tirinya dengan senang hati. Pada suatu hari Bawang Putih tengah
mengerjakan pekerjaan rumah mencuci pakaian milik Ibu Tiri dan Saudari Tirinya.
Akan tetapi Bawang Putih tak menyadari bahwa sehelai kain milik Ibu Tirinya
telah hanyut terbawa arus sungai. Ketika Bawang Putih menyadarinya, ia sangat
sedih dan takut bila diketahui hilangnya kain itu, maka ia akan dimarahi dan
disalahkan oleh Ibu Tirinya. Bukan mustahil bahwa Bawang Putih akan dihukum
bahkan diusir dari rumahnya.
Khawatir kehilangan kain tersebut, Bawang
Putih dengan gigih dan tekun tetap mencarinya sambil berjalan menyusuri sepanjang
sungai yang berarus deras itu. Tiap kali bertemu seseorang di sungai ia selalu
menanyakan apakah mereka melihat kain tersebut. Sayang sekali tak seorangpun
yang melihat dimana kain hanyut itu berada. Hingga pada akhirnya Bawang Putih
tiba di bagian sungai yang mengalir ke dalam gua. Ia sangat terkejut ketika
mengetahui ada seorang nenek tua yang tinggal di dalam gua tersebut. Bawang
Putih menanyai nenek tua itu mengenai keberadaan kain Ibu Tirinya. Nenek tua
itu mengetahui dimana kain itu berada, akan tetapi ia mengajukan syarat bahwa
Bawang Putih harus membantu pekerjaan sang nenek tua. Karena telah terbiasa
bekerja keras, dengan senang hati Bawang Putih menyanggupi untuk membantu sang
nenek merapikan dan membersihkan gua tersebut. Nenek tua itu sangat puas dengan
hasil pekerjaan Bawang Putih. Pada sore harinya Bawang Putih berpamitan kepada
sang nenek. Sang nenek itu kemudian mengembalikan kain milik Ibu Tiri Bawang
Putih yang hanyut di sungai, seraya menawarkan kepada Bawang Putih dua buah
labu sebagai hadiah atas pekerjaannya. Dua buah labu itu berbeda ukuran, satu
besar dan yang lainnya kecil. Karena Bawang Putih tidak serakah dan tamak, ia
memilih labu yang lebih kecil.
Ketika kembali ke rumah, sang Ibu Tiri dan
Saudari Tirinya amat marah karena Bawang Putih terlambat pulang. Bawang Putih
pun menceritakan apa yang telah terjadi. Ibu Tiri yang tetap marah karena
Bawang Putih hanya membawa sebutir labu kecil, ia kemudian merebutnya dan
membanting buah itu ke tanah. “Prak…” pecahlah labu itu, akan tetapi terjadi
suatu keajaiban, di dalam labu itu terdapat perhiasan emas, intan, dan permata.
Mereka semua terkejut dibuatnya. Akan tetapi karena Ibu Tiri dan Bawang Merah
adalah orang yang tamak, mereka tetap memarahi Bawang Putih karena membawa labu
yang lebih kecil. Jika saja Bawang Putih memilih buah yang lebih besar, tentu
akan lebih banyak lagi emas, intan, dan permata yang mereka dapatkan.
Karena sifat serakah dan tamak, Bawang
Merah berusaha mengikuti apa yang dilakukan Bawang Putih. Dengan sengaja ia
menghanyutkan kain milik ibunya, kemudian berjalan mengikuti arus sungai dan
menanyai orang-orang yang ia temui. Akhirnya Bawang Merah tiba di gua tempat
nenek itu tinggal. Tidak seperti Bawang Putih, Bawang Merah yang malas menolak
membantu nenek itu. Ia bahkan dengan sombongnya memerintahkan nenek tua itu
untuk menyerahkan labu besar itu. Maka nenek tua itu pun memberikan labu besar
itu kepada Bawang Merah.
Dengan riang dan gembira Bawang Merah
membawa pulang labu besar pemberian nenek tua itu. Telah terbayang dalam
benaknya betapa banyak perhiasan, intan, dan permata yang akan ia miliki. Sang
Ibu Tiri pun dengan gembira menyambut kepulangan putri kesayangannya itu. Tak
sabar lagi mereka berdua memecahkan labu besar itu. Akan tetapi apakah yang terjadi?
Bukannya perhiasan yang didapat, dari dalam labu itu keluar berbagai macam ular
dan hewan berbisa. Mereka berdua lari ketakutan. Baik Ibu Tiri maupun Bawang
Merah akhirnya menyadari sifat buruk dan ketamakan mereka. Mereka menyesali
bahwa selama ini telah berbuat buruk kepada Bawang Putih dan memohon maaf pada
Bawang Putih. Bawang Putih yang baik hati pun memaafkan mereka berdua.
Contoh Legenda
Legenda Danau Toba
Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup
SEOrang petani. Ia SEOrang petani yang rajin bekerja walaupun lahan
pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya
yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia
tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing
ikan di sungai. “Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,” gumam
petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya
terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya.
Petani itu bersorak kegirangan setelah
mendapat seekor ikan cukup besar.
Ia takjub melihat warna sisik ikan yang
indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat
dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. “Tunggu, aku jangan dimakan!
Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku.” Petani tersebut
terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang
ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah
wujud menjadi SEOrang gadis yang cantik jelita. “Bermimpikah aku?,” gumam
petani.
“Jangan takut pak, aku juga manusia seperti
engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari
kutukan Dewata,” kata gadis itu. “Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk
menjadi istrimu,” kata gadis itu SEOlah mendesak. Petani itupun mengangguk.
Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah
disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari
seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah sampai di desanya, gemparlah
penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. “Dia mungkin
bidadari yang turun dari langit,” gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia
dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah
dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan
keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang
iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan
usaha petani. “Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! ” kata
seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun
mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petan dan
istri bertambah, karena istri Petani melahirkan SEOrang bayi laki-laki. Ia
diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera
tumbuh menjadi SEOrang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi
agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya,
yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat
dimakannya sendiri.
Lama kelamaan, Putera selalu membuat
jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak.
Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka.
“Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!” kata Petani
kepada istrinya. “Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang SEOrang
suami dan ayah yang baik,” puji Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu ada
batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat
tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja.
Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya,
sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera
sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. “Anak
tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !,” umpat si Petani tanpa
sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya,
seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari
bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin
deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi
dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau.
Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di
tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.